Skripsi Peran Indonesia dalam G20: Strategi, Tantangan, dan Dampaknya dalam Tata Kelola Global

G20 atau Group of Twenty merupakan forum kerja sama ekonomi utama dunia yang terdiri dari 19 negara dengan perekonomian terbesar dan Uni Eropa. Forum ini mewakili lebih dari 80% Produk Domestik Bruto (PDB) dunia dan dua pertiga populasi global. Indonesia, sebagai satu-satunya wakil Asia Tenggara dalam G20, memiliki posisi strategis dalam menjembatani kepentingan negara maju dan berkembang. Peran Indonesia dalam G20 tidak hanya mencerminkan kekuatan ekonomi nasional, tetapi juga kapasitas diplomasi multilateral yang dinamis.

Dalam konteks akademik, skripsi yang membahas peran Indonesia dalam G20 membuka peluang untuk mengeksplorasi aspek diplomasi ekonomi, kebijakan luar negeri, pembangunan berkelanjutan, hingga transformasi global governance. Dengan pendekatan interdisipliner, mahasiswa dapat mengkaji kontribusi Indonesia dari berbagai sudut pandang, mulai dari diplomasi publik, kepentingan nasional, hingga relasi politik internasional. Artikel ini menghadirkan lima pembahasan utama yang dapat menjadi referensi awal untuk penulisan skripsi dengan fokus tersebut.

Baca Juga: Skripsi Peran Teknologi dalam Diplomasi: Transformasi Digital dalam Hubungan Internasional

Latar Belakang dan Makna Strategis Keanggotaan Indonesia dalam G20

Keanggotaan Indonesia dalam G20 bukan sekadar status simbolis, tetapi bagian dari pengakuan dunia terhadap potensi ekonomi dan peran strategisnya dalam tatanan global. Bergabung sejak awal pembentukan G20 pada 1999 sebagai tanggapan terhadap krisis keuangan Asia, Indonesia telah menunjukkan konsistensi dalam menyuarakan kepentingan negara berkembang. Dalam berbagai pertemuan G20, Indonesia aktif membawa isu-isu seperti ketimpangan global, transformasi digital inklusif, dan keadilan iklim.

Dari segi geopolitik, posisi Indonesia yang berada di kawasan Indo-Pasifik memperkuat perannya sebagai penghubung antara negara-negara maju di Barat dan negara berkembang di Selatan Global. Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga dunia dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, kehadiran Indonesia dalam G20 dianggap vital dalam menciptakan keseimbangan wacana dan keputusan kebijakan global. Ini mencerminkan diplomasi Indonesia yang bersifat inklusif, non-blok, dan berbasis kerja sama.

Keberadaan Indonesia di G20 juga menjadi platform penting untuk memperjuangkan arsitektur keuangan global yang lebih adil. Dalam forum ini, Indonesia menyuarakan kebutuhan reformasi sistem perpajakan internasional, bantuan untuk pemulihan pasca-COVID-19, serta mekanisme pembiayaan perubahan iklim. Melalui pendekatan kolektif, Indonesia berusaha menggeser narasi dari dominasi negara maju ke arah kolaborasi yang lebih seimbang.

Secara internal, partisipasi dalam G20 menjadi pendorong penguatan kebijakan nasional. Pemerintah dapat menjadikan agenda G20 sebagai acuan untuk reformasi ekonomi, digitalisasi layanan publik, penguatan UMKM, serta percepatan transisi energi. Dalam konteks ini, G20 tidak hanya berdampak pada diplomasi internasional, tetapi juga menjadi alat percepatan pembangunan domestik.

Bagi mahasiswa yang menulis skripsi, pembahasan ini dapat dijadikan landasan teoritis untuk mengkaji bagaimana peran Indonesia di G20 mencerminkan kepentingan nasional dan nilai-nilai diplomasi RI. Kajian ini dapat memperkaya literatur hubungan internasional yang berbasis pada aktor negara berkembang di forum global.

Presidensi Indonesia di G20: Agenda, Diplomasi, dan Capaian

Pada tahun 2022, Indonesia untuk pertama kalinya memegang Presidensi G20. Momen ini menjadi tonggak penting bagi sejarah diplomasi Indonesia. Mengusung tema “Recover Together, Recover Stronger”, Indonesia menempatkan diri sebagai pemimpin global yang mendorong pemulihan bersama dan berkelanjutan pascapandemi COVID-19. Agenda utama yang diangkat mencakup tiga pilar: transformasi digital, transisi energi, dan arsitektur kesehatan global.

Dalam menjalankan presidensinya, Indonesia menghadapi tantangan geopolitik besar akibat invasi Rusia ke Ukraina. Perpecahan tajam di antara negara anggota G20 memicu kekhawatiran akan kegagalan diplomasi. Namun, melalui pendekatan inklusif dan netralitas aktif, Indonesia berhasil menyelenggarakan pertemuan puncak G20 di Bali yang berakhir dengan konsensus Leaders’ Declaration sebuah capaian penting dalam menjaga keberlangsungan forum ini.

Salah satu inisiatif terbesar adalah Just Energy Transition Partnership (JETP), di mana Indonesia bekerja sama dengan negara-negara G7 untuk mendukung pembiayaan transisi energi ramah lingkungan senilai USD 20 miliar. Langkah ini tidak hanya menunjukkan kepemimpinan Indonesia dalam isu iklim, tetapi juga menjadikan Indonesia sebagai contoh negara berkembang yang serius berkomitmen terhadap pembangunan berkelanjutan.

Capaian lainnya termasuk G20 Digital Innovation Network, Finance Track Dialogues, dan Pandemic Fund yang digagas Indonesia dan Bank Dunia untuk memperkuat sistem kesehatan global. Melalui berbagai forum side event, Indonesia juga berhasil mempromosikan UMKM, pariwisata, dan budaya lokal sebagai bagian dari diplomasi ekonomi dan budaya.

Presidensi G20 Indonesia menjadi studi menarik untuk skripsi karena memperlihatkan kemampuan diplomasi strategis dalam merespons dinamika global yang kompleks. Mahasiswa dapat meneliti bagaimana strategi negosiasi, framing narasi, serta diplomasi digital digunakan oleh Indonesia untuk mencapai kepemimpinan efektif dalam G20.

Skripsi Peran Indonesia dalam G20

Tantangan Indonesia dalam Mendorong Konsensus Global

Walau banyak capaian positif, peran Indonesia dalam G20 tidak terlepas dari tantangan yang substansial. Dalam skripsi, bagian ini bisa menjadi ruang kritis untuk menganalisis keterbatasan dan dinamika internal G20.

Beberapa tantangan yang bisa dikaji antara lain:

  • Polarisasi geopolitik antara negara G7 dan BRICS yang membuat forum G20 rentan konflik kepentingan.
  • Ketimpangan kapasitas ekonomi antarnegara, yang membuat agenda pemulihan sering terfokus pada negara maju.
  • Tekanan diplomatik dari negara besar yang memengaruhi posisi netral Indonesia.
  • Isu keberlanjutan hasil forum, karena banyak kebijakan G20 tidak mengikat secara hukum.
  • Kurangnya keterlibatan masyarakat sipil dan akademisi dalam pengambilan keputusan, yang membuat G20 dianggap elitis dan jauh dari rakyat.

Dalam skripsi, mahasiswa dapat menggunakan pendekatan studi kebijakan, analisis institusional, atau teori relasi kuasa dalam forum internasional untuk menelaah hal ini secara lebih mendalam.

Dampak G20 terhadap Posisi Strategis Indonesia

Presidensi G20 telah meningkatkan visibilitas global Indonesia secara signifikan. Dampak ini bisa ditinjau dari berbagai dimensi berikut:

  • Citra Diplomatik Internasional: Indonesia dianggap mampu menjaga stabilitas forum di tengah krisis geopolitik.
  • Peningkatan Soft Power: Melalui diplomasi budaya dan narasi inklusif, Indonesia memperkuat daya tariknya secara global.
  • Percepatan Kerjasama Bilateral: G20 membuka peluang kerja sama konkret dengan negara-negara maju, termasuk dalam bidang energi, kesehatan, dan digitalisasi.
  • Peningkatan Kapasitas Birokrasi: Terjadi peningkatan kapasitas teknis dan kelembagaan dalam menghadapi isu global.
  • Dorongan Reformasi Nasional: Topik G20 mendorong pemerintah mempercepat agenda nasional seperti transisi energi, ekonomi digital, dan penguatan UMKM.

Semua poin ini membuka peluang penelitian skripsi dengan fokus evaluatif terhadap diplomasi Indonesia dan efek internal dari kepemimpinan globalnya.

Relevansi dan Potensi Penelitian Skripsi Bertema Indonesia dan G20

Penelitian mengenai peran Indonesia di G20 sangat relevan bagi mahasiswa hubungan internasional, ilmu politik, komunikasi, dan ekonomi internasional. Isu ini mencakup banyak aspek penting dalam dinamika kontemporer global seperti multilateralisme, kekuasaan lunak, pembangunan berkelanjutan, hingga diplomasi ekonomi.

Bagi mahasiswa Indonesia, topik ini menjadi peluang untuk membedah strategi luar negeri negaranya sendiri dan mengaitkannya dengan kepentingan nasional jangka panjang. Skripsi bisa difokuskan pada:

  • Analisis strategi diplomasi Indonesia dalam G20.
  • Perbandingan kebijakan Indonesia di G20 dan ASEAN.
  • Evaluasi dampak JETP bagi transisi energi nasional.
  • Peran komunikasi publik dalam mendukung diplomasi G20.
  • Keterlibatan masyarakat sipil dalam perumusan agenda G20 Indonesia.

Dengan pendekatan studi kasus, teori hubungan internasional, atau analisis kebijakan luar negeri, skripsi bertema ini akan menghasilkan kontribusi ilmiah yang relevan dan aplikatif.

Baca Juga: Penjelasan skripsi loyalitas nasabah bank

Kesimpulan

Skripsi Peran Indonesia dalam G20 mencerminkan evolusi diplomasi Indonesia yang semakin adaptif, strategis, dan berorientasi pada kepemimpinan global. Dengan mengusung nilai inklusivitas, kolaborasi, dan keberlanjutan, Indonesia mampu menyatukan suara negara maju dan berkembang dalam forum yang sangat dinamis. Hal ini menegaskan bahwa negara berkembang pun memiliki kapasitas untuk memimpin percakapan global, bahkan di tengah ketidakpastian geopolitik. Bagi dunia akademik, topik skripsi tentang peran Indonesia dalam G20 menawarkan ruang kajian yang kaya dan interdisipliner. Mahasiswa dapat mengeksplorasi interaksi antara diplomasi, kebijakan publik, dan isu global seperti perubahan iklim dan transformasi digital. Ke depan, Indonesia diharapkan terus memperkuat posisinya dalam G20 dan forum internasional lainnya. Melalui pendekatan kebijakan luar negeri yang cerdas dan progresif, Indonesia dapat menjadi aktor penting dalam menciptakan tatanan global yang lebih adil, tangguh, dan berkelanjutan.

Jika Anda memiliki keraguan dalam pembuatan skripsi pengungsi politik global Anda dapat menghubungi Akademia untuk konsultasi mengenai skripsi pengaruh terorisme global yang telah Anda buat dan dapatkan saran terbaik dari mentor profesional yang kredibel dibidangnya.

 

Open chat
Halo, apa yang bisa kami bantu?